SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Oleh. Drh Betty Indah Purnama, MPH
Surveilens Epidemiologi
adalah suatu rangkaian proses pengamatan yang terus menerus sistematik dan
berkesinambungan dalam pengumpulan data, analisa dan interpretasi data
kesehatan dalam upaya untuk menguraikan dan memantau suatu peristiwa kesehatan
agar dapat dilakukan penanggulangan yang efektif dan efisien terhadap masalah
kesehatan masyarakat tersebut (Depkes,2003). Surveilans kesehatan masyarakat menurut Thacker dan Berkelman adalah
pengumpulan, analisis, dan penafsiran data outcome-specific secara terus
menerus dan sistematis untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi upaya
kesehatan masyarakat.
Sistem surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya
peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar
dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan (Depkes RI,2004).
Desain Sistem Surveilens perlu
mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Menetapkan tujuan
Kebutuhan informasi
yang terpercaya merupakan inti dari surveilans epidemiologi, sehingga penetapan
tujuan surveilans yang akan dibangun perlu mempertimbangkan faktor SMART
(Spesifik, Measurable, Action Oriented, Reaslistik dan Time Frame)
Beberapa tujuan
surveilans yang dapat dipilih antara lain :
· Monitoring kecendrungan
untuk memperhatikan perubahan dalam melakukan intervensi.
·
Deteksi dan prediksi
kejadian luar biasa.
·
Melakukan evaluasi
terhadap program pencegahan.
·
Memproyeksikan
perencanan pelayanan kesehatan
·
Eliminasi dan eradikasi
penyakit dan lain-lain.
b.
Mengembangkan definisi kasus
Diagnosa kasus
dalam surveilans merupakan salah satu alat penting dalam menunjang program
pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga perlu ada kriteria standar
gejala klinis diagnosa kasus dalam surveilans.
Kriteria kasus
meliputi :
- Kasus suspek/tersangka yaitu kasus yang hanya berdasarkan gejala klinis
- Kasus propable/kemungkinan yaitu kasus suspek yang secara epidemiologi berhubungan dengan kasus yang terbukti secara laboratorium.
- Kasus konfirmed/pasti yaitu kasus suspek dengan isolasi virus atau terdeteksi adanya antigen.
c. Menentukan sumber data, alat
pengumpul data dan mekanisme pelaporan.
Prioritas penyakit telah ditetapkan oleh daerah maka data yang harus
dikumpulkan harus didapat dari sumber yang mudah dijangkau atau diperoleh. Pengumpulan
data memperhatikan indikator yang diperlukan seperti :
·
Rate, jumlah
·
Angka Kesakitan, Angka
Kematian
·
Variabel yang diperlukan
·
Nomerator dan
denomenator yang akan digunakan
Yang perlu diperhatikan setiap sumber data mempunyai kelebihan dan kekurangan
masing-masing, sumber data dapat diintegrasikan dengan surveilans dari penyakit
lainnya untuk mengurangi duplikasi data.
Sumber data berasal dari :
·
Laporan Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan)
·
Laporan Klinik Hewan
atau Rumah Sakit Hewan
·
Survei atau studi khusus
·
Pusat-pusat penelitian
kesehatan masyarakat atau kesehatan hewan
· Laporan laboratorium Keswan dan Laboratorium Kesmas
Mekanisme pengumpulan data dapat dipilh pengumpulan secara pasif dengan
menerima laporan atau secara aktif mengumpulkan data di lapangan serta dari
sumber data. Dalam pengumpulan data perlu dibangun formulir sebagai alat
pengumpulan data dan mekanisme pelaporan dari sumber data sampai ke unit
surveilans, apakah dilalukan secara harian, mingguan, serta bulanan, mungkin
juga menginginkan laporan nihil.
d.
Melaksanakan analisa dan
presentasi data surveilans
Melakukan analisa
data epidemiologi merupakan langkah penting dalam surveilans dan analisis
dilakukan terutama terhadap variabel epidemiologi waktu, tempat dan orang,
untuk membantu melakukan analisis maka dalam pengolahan dan presentasi data
surveilans harus dibuat tabulasi, grafik atau peta yang standar agar muda
dipahami bersama.
Kemampuan melakukan
analisis terhadap rangkaian data yang telah dikumpulkan dalam pelaksanaan
surveilans epidemiologi menjadi kebutuhan utama.
e.
Mengembangkan mekanisme
umpan balik dan penyebaran informasi.
Salah satu kegiatan surveilans yang penting adalah melakukan kajian data
surveilans secara periodik. Pelaksanaan surveilans yang efektif harus dapat
memberikan umpan balik kepada sumber laporan secara teratur sesuai dengan
periode penerimaan laporan yang diterima dari semua sumber data.
Umpan balik dapat sebagai ringkasan laporan yang diterima atau mungkin
koreksi terhadap kekeliruan pengisian pada formulir laporan.
Selanjutnya umpan balik serta laporan informasi hasil kajian tersebut
disampaikan melalui media secara rutin, serta sarana komunikasi yang dimiliki.
Komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan surveilans, terutama umpan balik yang
baik kepada semua sumber laporan dan pihak atau unit yang dapat melakukan
respon penanggulangan yang cepat dan tepat.
Penggunaan tehnologi komputerisasi sangat mendukung pelaksanaan kegiatan penyebaran
informasi dan umpan balik, disamping penggunaan lain seperti melalui pertemuan
rutin, kunjungan supervisi atau seminar terbatas.
f.
Pembagian tugas
surveilans
Dalam era otonomi daerah tugas surveilans kabupaten/kota harus menjadi
semakin solid, pengembangan sumberdaya manusia perlu terus ditingkatkan,
sehingga kesehatan masyarakat semakin efektif dan efisien dapat diwujudkan. Secara umum tugas surveilans adalah sebagai berikut
:
1)
Tingkat Puskesmas/Puskeswan
·
Deteksi
·
Pengobatan
·
Pelaporan
·
Analisa sederhana
2)
Tingkat Kabupaten/Kota
dan Propinsi
·
Analisis
·
Investigasi
·
Konfirmasi
·
Pelaporan
·
Tindakan Pencegahan
& Penangulangan
·
Perencanaan dan Dana
·
Umpan Balik
3)
Tingkat Nasional
·
Analisis
·
Investigasi
·
Konfirmasi
·
Pelaporan
·
Tindakan Pencegahan
& Penangulangan
·
Perencanaan dan Dana
·
Umpan Balik
4)
Tingkat
Regional-Internasional
·
Analisis & Umpan
Balik
·
Dukungan (Suport)
·
Kebijakan dan target
·
Pendanaan
g.
Evaluasi Surveilans
Evaluasi terhadap
pelaksanaan surveilans perlu dipersiapkan, apakah sistem surveilans yang
dibentuk bermanfaat atau sudah sesuai dengan sasaran surveilans yang
diharapkan.
Dalam evaluasi
perlu dipertimbangkan adanya indikator yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja surveilans yang meliputi indikator input, proses dan output sistem
surveilans yang dikembangkan tersebut.
·
Sederhana
·
Dapat diterima
·
Fleksibel
·
Dapat mewakili
·
Sensitif
·
Prediktive value
·
Jaringan masyarakat yang
termotivasi
·
Umpan balik yan baik
a. Mengidentifikasi
adanya kejadian luar biasa atau wabah
dan untuk memastikan tindakan pengendalian secara berhasil guna yang dapat
dilaksanakan.
b. Memantau
pelaksanaan dan daya guna program pengendalian khusus dengan memperbandingkan
besarnya masalah sebelum dan sesudah pelaksanaan program.
c. Membantu
menetapkan masalah kesehatan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan
program.
d. Mengidentifikasi
kelompok resiko tinggi menurut umur, pekerjaan, tempat tinggal dimana masalah
kesehatan sering terjadi dan variasi terjadinya dari waktu ke waktu, menambah
pemahaman mengenai vektor penyakit, reservoir binatang dan cara serta dinamika
penularan penyakit menular.
3. Sumber
Informasi Surveilans
Sumber utama infomasi surveilans adalah
berupa laporan kesehatan dari
berbagai unit pelayanan kesehatan dan
lintas sektor seperti :
a. Fasilitas
pelayanan kesehatan berupa laporan kesakitan dari rumah sakit, puskesmas, puskeswan, klinik hewan,rumah sakit hewan, dokter hewan praktek,
dokter praktek swasta, poliklinik swasta dan atau rumah sakit swasta.
b. Laporan
kematian.
c. Laboratorium terutama informasi yang didasarkan pada
pemeriksaan khusus .
d. Survei Khusus (pusat, Propinsi, Kabuapaten)
e. Laporan data Demografi
f. Badan Meteorologi dan Geofisika.
b. Mengetahui
kemajuan setiap komponen sistem.
4.
Konsep
Evaluasi
Definisi evaluasi
Menurut Carter (1998) evaluasi adalah penilaian periodik dari dihubungkan
dengan sistem surveilans dan respon. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat
perubahan dalam keluaran, hasil dan pengaruh (negatif atau positif,
target dan non target) dari sistem surveilans dan respon.
Thacker et al (1998) mengemukakan bahwa strategi evaluasi aktivitas
surveilans kesehatan masyarakat menyangkut komponen sasaran hasil dan kegunaan,
sistem operasi, biaya dan atribut sistem (kesederhanaan, fleksibilitas, kemampuan menerima,
kepekaan, prediksi, perwakilan dan ketepatan waktu).
Dalam melakukan monitoring
dan evaluasi sistem surveilans dan respon, disarankan langkah berikut :
a.
Rencana untuk aktivitas monitoring dan evaluasi
b.
Mempersiapkan untuk monitoring dan evaluasi
c.
Melakukan monitoring dan evaluasi
d.
Tindak lanjut pada rekomendasi dari aktivitas
monitoring dan evaluasi
a. Evaluasi berdasarkan tujuan yaitu mengevaluasi
perpanjangan program untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Berdasarkan proses. Evaluasi ini dilengkapi dengan
pemahaman lengkap bagaimana suatu program berjalan. Biasanya untuk program
jangka panjang dan telah diubah setiap tahun. Evaluasi ini untuk
menggambarkan pada pihak luar bagaimana program tersebut sebenarnya berjalan.
c. Evaluasi berdasakan outcome
dilakukan jika organisasi benar-benar melakukan kegiatan program sebenarnya
untuk mencapai outcome yang dikehendaki. Menurut Abramson (1991), penelitian
yang akan menilai manfaat upaya pelayanan yang digunakan untuk mengukur
seberapa baik upaya pelayanan yang dilakukan . Penelitian seperti ini memiliki
2 pokok, yaitu 1 sebagai tinjauan (reviews) terhadap program 2. sebagai ujicoba (trials).
1) Pendeteksian kasus (case detection) proses mendeteksi
peristiswa atau kejadian kesehatan. Unit sumber data menyediakan data yang
diperlukan dalam penyelenggaraan surveilans epidemiologi.
2) Pencapaian (registration): proses pencatatan harus hasil
identifikasi peristiwa atau keadaan kesehatan.
3) Konfirmasi (confirmation): evaluasi dari ukuran-ukuran
epidemiologi sampai pada hasil pencatatan laboratorium
4) Pelaporan (reporting): data, informasi, rekomendasi
sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi disampaikan kepada pihak-pihak
yang dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan
program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan riset-riset lainnya serta
pertukaran data dan jejaring surveilans epidemiologi lainnya.Pengumpulan data
harus pasien dari tingkat yang lebih rendah dilaporkan kepada fasilitas
kesehatan yang lebih tinggi seperti lingkup daerah atau nasional.
5) Analisa data (data analysis) : analisis terhadap
data-data dan angka-angka dan menentukan indikator terhadap tindakan
6) Respon sasaran/kesiapsiagaan wabah (epidemic
preparedness) : kesiapsiagaan dalam menghadapi wabah/kegiatan luar biasa.
7) Respon terencana (respon and control) : sistem pengawasan
kesehatan masyarakat hanya dapat digunakan jika data yang ada bisa digunakan
dalam peringatan dini dan munculnya masalah dalam masyarakat.
8) Umpan balik (feedback) : berfungsi penting dari semua
sistem pengawasan, alur pesan dan informasi kembali ke tingkat yang lebih
rendah dari tingkat yang lebih tinggi.
Indikator core function menurut WHO (2004) adalah seperti :
·
Deteksi kasus, indikator
·
Pencatatan kasus
·
Konfirmasi kasus
·
Pelaporan kasus
·
Analisa dan Interpretasi
data
·
Respon segera
·
Respon terencana
·
Pelaporan
5. Syarat-syarat
sistem surveilans yang baik (Atribut Surveilans).
Syarat-syarat sistem surveilans yang baik
(atribut-atribut untuk evaluasi sistem surveilans) adalah sebagai berikut :
a. Sederhana
Kesederhanaan
sistem surveilans menyangkut struktur dan pengorganisasian sistem. Besar dan
jenis informasi yang diperlukan untuk menunjang diagnosis, sumber pelapor, cara
pengiriman data, organisasi yang menerima laparan, kebutuhan pelatihan staf,
pengolahan dan analisa data perlu dirancang agar tidak membutuhkan sumber daya
yang terlalu besar dan prosedur yang terlalu rumit.
b. Fleksibel.
Sistem surveilans yang fleksibel dapat
mengatasi perubahan-perubahan dalam kebutuhan informasi atau kondisi
operasional tanpa memerlukan banyak biaya, waktu dan tenaga.
c. Dapat
diterima.
Penerimaan terhadap sistem surveilans
tercermin dari tingkat partisipasi individu, organisasi dan lembaga kesehatan.
lnteraksi sistem dengan mereka yang terlibat, temasuk pasien atau kasus yang
terdeteksi dan petugas yang melakukan diagnosis dan pelaporan sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan sistem tesebut. Beberapa indikator penerimaan
terhadap sistem surveilans adalah jumlah proporsi para pelapor, kelengkapan
pengisian formulir pelaporan dan ketepatan waktu pelaporan. Tingkat partisipasi
dalam sistem surveilans dipengaruhi oleh pentingnya kejadian kesehatan yang
dipantau, pengakuan atas kontribusi mereka yang terlibat dalam sistem,
tanggapan sistem terhadap saran atau komentar, beban sumber daya yang tersedia,
adanya peraturan dan perundangan yang dijalankan dengan tepat.
d. Sensitivitas.
Sensitivitas suatu surveilans dapat
dinilai dari kemampuan mendeteksi kejadian kasus-kasus penyakit atau kondisi
kesehatan yang dipantau dan kemampuan mengidentifikasi adanya KLB atau wabah.
Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :
1) Proporsi penderita yang berobat ke pelayanan kesehatan
2) Kemampuan mendiagmosa secara benar dan kemungkinan kasus
yang terdiagnosa akan dilaporkan
Suatu sistem
surveilans yang kurang sensitif masih bemanfaat untuk memantau adanya trend kejadian
penyakit asalkan sensitivitas sistem tersebut tidak berubah.
e. Prediksi
Daya prediksi suatu sistem surveilans
diukur sebagai proporsi mereka yang diidentifikasi sebagai kasus, yang memang
menderita penyakit atau kondisi sasaran surveilans (positive predictive value). Surveilans
dengan nilai prediksi rendah akan banyak menimbulkan kasus yang sebenarnya
merupakan penyakit lain dan bukan penyakit sasaran surveilans. Akibatnya
terjadi pemborosan khususnya bila kasus-kasus palsu tersebut diselidiki sebagai
wabah.Daya prediksi dipengaruhi oleh
prevalensi atau insidensi penyakit dan sensitivitas alat .
f. Representatif.
Sistem surveilans
yang representatif mampu mendeskripsikan secara akurat distribusi kejadian
penyakit menurut karakteristik orang, waktu dan tempat. Kualitas data merupakan
karakteristik sistem surveilans yang representatif. Data surveilans tidak
sekedar pemecahan kasus-kasus tetapi juga diskripsi atau ciri-ciri demografik
dan infomasi mengenai faktor resiko yang penting.
g. Tepat
Waktu.
Ketepatan waktu suatu sistem surveilans
dipengaruhi oleh ketepatan dalam memproses data mulai dari deteksi, pengisian
form, pelaporan dan pengolahan data serta pendistribusian informasi kepada
pihak-pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu
dilakukan dengan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau agar tidak
meluas sehingga membahayakan masyarakat. Ketepatan waktu dalam sistem
surveilans dapat dinilai berdasarakan ketersediaan infomasi untuk pengendalian
penyakit yang mendesak atau untuk perencanaan program-program dalam jangka
panjang. Tekhnologi komputer semakin mampu mendukung ketepatan waktu penyediaan
informasi dalam sistem surveilans.
Dengan memperhatikan sistem surveilans epidemiologi bidang
kesehatan penulis berharap dapat memberikan sumbang saran dan tindak lanjut
untuk upaya perbaikan pada Sistem Surveilans
yang ada di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskeswan.
Referensi
1.
Departemen Kesehatan RI (2003), Pedoman
Praktis Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP), Jakarta.
2. Departemen
Kesehatan RI (2004a),
Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian
Luar Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit), Jakarta.
3.
Departemen Kesehatan RI: (2004b),
Pedoman Penyelanggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan, Jakarta
4. FETP (2010) Modul Kuliah Surveilans Epidemiologi,
UGM Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar