PENTINGNYA
KERJASAMA PETUGAS EPIDEMIOLOGI LAPANGAN
DAN
LABORATORIUM
Oleh
Drh. Betty Indah Purnama, MPH
Epidemiologi lapangan yang baik tanpa dukungan laboratorium akan menjadi
sia-sia karena tidak adanya kepastian diagnosa, begitu juga sebaliknya.
Oleh sebab itu perlu adanya kerjasama antara petugas epidemiologi lapangan dan
laboratorium.
Permasalahan yang sering ditemui
Petugas Epidemiologi Lapangan antara lain:
•
Petugas Lapangan /epid tidak tahu tentang laboratrium
•
Laboratorium tidak memberikan bimbingan yang
baik dalam pengumpulan sampel
•
Transportasi
media yang tidak tersedia di Kabupaten/Kota
•
Adanya
kesalahan hasil yang dilaporkan laboratorium
•
Ketepatan waktu hasil pengujian dari
laboratorium/laporan terlambat
•
Tumpang
tindih data (kasus
sama) dan Kesulitan memperoleh data yang diinginkan
•
Laboratorium belum terakreditasi (tingkat kepercayaan rendah) tidak valid
Sedangkan
Permasalahan yang dihadapi Petugas
Laboratorium antara lain:
•
Sampel
datang terlambat
•
Sampel
berkualitas buruk
•
Jumlah sampel tidak memadai
•
Jadwal yang tidak tepat
•
Jenis uji yang diminta tidak tepat
•
Laboratorium mendapatkan sampel tanpa
memberitahukan uji apa yang diminta
•
Laporan
lapangan belum terintegrasi dengan
laporan laboratorium (kasus sama)
Solusinya adalah: adanya komunikasi
yang efektif antara staf epidemiologi atau Dinas terkait di lapangan dan
laboratorium dalam hal perencanaan dan implementasi kegiatan pemastian diagnosa, surveilans dan
investigasi wabah penyakit hewan.
Tujuan Komunikasi
Efektif Epidemiologi Lapangan dan
Laboratorium:
- Dapat memahami jenis uji diagnosa penyakit hewan yang terbaru (jenis sampel dan cara pengiriman yang sesuai dengan jenis pengujian)
- Dapat meningkatkan kemampuan dalam menginterpretasikan hasil pengujiian
- Dapat memberikan penilaian risiko terkait dengan hasil pengujian sebagai rekomendasi/saran dalam pengambilan keputusan terhadap kejadian suatu penyakit hewan di lapangan
- Kerjasama baik antara epid dan laboratorium (diagnosa penyakit tepat sasaran, surveilans dan penyelidikan penyakit berjalan lancar)
Bentuk Kerjasama Epidemiologi Lapangan dan Laboratorium:
1. Penetapan Diagnosis
•
Accuracy
and Precision: kemampuan
suatu uji untuk menghasilkan konsistensi hasil dalam mendiagnosa suatu penyakit
hewan (berkaitan jenis
uji atau metode pengujian)
Hasil yang
konstan dalam kondisi yang bervariasi (Reproducibility) maupun hasil konsisten
pengulangan uji dalam kondisi yang sama (Repeatability) merupakan gambaran
suatu metode uji yang akurat.
•
Sensitivity
and specificity, tinggi tingkat sensitifitas dan spesifitas suatu
metode uji menggambarkan tingginya tingkat presisi metode pengujian tersebut.
•
Frequency of disease, yang dapat menunjukkan
tinggi atau rendahnya infeksi penyakit tersebut (kategori outbreak, endemik maupun
tingkat penyakit yang lainnya).
•
Informasi:
Hasil pengamatan petugas kapangan/ pemeriksaan kesehatan terhadap tanda (sign)
2. Outbreak
Investigation
a.
Case
Definitons: usaha untuk mendefinisikan suatu kejadian kasus kematian,
infeksi penyakit atau wabah yang terjadi berdasarkan data – data lapangan dan
gambaran gejala klinis maupun hasil diagnosa laboratorium.
b.
Outbreak
Investigation checklist, dalam
melakukan investigasi kejadian wabah penyakit hewan beberapa hal yang harus diperhatikan agar
pelaksanaan kegiatan dapat terlaksana secara sistematis dan terkendali
Poin tersebut
antara lain adalah :
·
Preparing
field work, mempersiapkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan
gambaran awal kejadian penyakit dan kondisi lapangan yang akan di investigasi
merupakan hal pernting yang mendukung keberhasilan kegiatan tersebut.
·
Verify
the existence of an outbreak, sebelum menindak lanjuti suatu laporan
kejadian penyakit dilakukan verifikasi terlebih dahulu apakah penyakit tersebut
merupakan penyakit baru atau penyakit yang sudah endemis dengan tingkat
serangan yang lebih tinggi dan sebagainya. Hal ini penting sebagai pertimbangan
kelanjutan tindakan yang akan dilakukan dilapangan.
·
Establish
Working case definition, untuk mendefinisikan suatu kejadian
kasus penyakit hewan diperlukan data-data lapangan seperti sejarah kasus
sebelumnya maupun faktor- faktor lain yang mempengaruhi kemunculan penyakit
tersebut, gejala klinis yang mengarahkan pada penyebab infeksi penyakit hewan
tersebut maupun hasil uji laboratorium untuk mendiagnosa atau uji konfirmasi
terhadap penyebab penyakit hewan yang terjadi.
·
Count
cases and record observation, cara mengukur frekuensi kejadian infeksi
seperti tingkat serangan (Attack rate), tingkat insiden maupun proporsi
kematian hewan yang disebabkan oleh penyakit tertentu sehingga lebih memudahkan
dalam mendefinisikan kasus serta merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan
sesuai dengan kategori penyakit tersebut
·
Describe
the outbreak, mendeskripsikan kejadian wabah berdasarkan data – data
yang valid diperoleh sehingga dapat
diketahui secara menyeluruh penyebab kejadian penyakit hewan tersebut
·
Developing
working hypothesis, mengembangkan hipotesa penyebab kejadian penyakit
tersebut sehingga tindakan pengendalian dan pemberantasannya dapat lebih fokus
pada sumber penyebab penyakit tersebut.
·
Analitical studies to test the hypothesis,
analisa yang dilakukan terhadap suatu kejadian penyakit juga didasarkan
pada berbagai aspek seperti teori tentang penyakit tersebut yang menggambarkan
sifat biologik (Biological sense) organisme penyebabnya dan faktor –
faktor lain yang ditemukan di lapangan untuk mengembangkan variasi kejadian
penyakit tersebut.
·
Implement
control measures, implementasi tindakan pengendalian yang sesuai dengan
kasus yang terjadi berdasarkan rekomendasi dari tim pelaksana investigasi
c. Summary Report, laporan
singkat tetapi menyeluruh tentang hasil investigasi kasus wabah yang mendukung
sistem pengadministrasian dan menjadi input yang penting bagi pemegang kebijakan
untuk mengeluarkan kebijakan yang mendasari pelaksanaan tindakan pengendalian
yang dilakukan terhadap kasus wabah tersebut
3. Surveillance Planning program and data interpretation
•
Dasar – dasar pelaksanaan surveilans
(pengumpulan data/pencatatan
kejadian/ secara sistematis,
pengolahan data,
analisa dan cara menginterpretasikan hasil dari surveilans, penyebarluasan
informasi, rencana tindak
lanjut, umpan balik)
4. Pelaporan
•
Frekuensi
Pelaporan: segera, harian, mingguan, bulanan, kasus nol, dsb
•
Kelengkapan
dan ketepatan laporan
•
Metode
pelaporan: kertas/berkas, telepon/faximile, email
•
Bentuk
laporan
•
Mekanisme
pelaporan: Instansi pengirim dan penerima
-
Lab
mengirimkan laporan ke Disnak Kab/Kota dan provinsi
-
Disnak Kab/Kota mengirimkan laporan dari Lab,
puskeswan ke propinsi
-
Disnak
provinsi mengirimkan laporan ke Dirkeswan (Kementan)
Rekomendasi:
-
Perlu
workshop/pertemuan /pelatihan dengan melibatkan staf epidemiologi (petugas lapangan) dan laboratorium di
lingkungan Direktorat Kesehatan Hewan, jajaran Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi/Kab/Kota ,
-
Perlu Meningkatkan
sistem informasi /Manajemen
Data berbasis perangkat lunak yang
memiliki data yang dapat diakses langsung oleh klien/pengguna
Referensi:
Laporan Regional Laboratory Networks Workshop on Strenghtening of Laboratory
and Field Epidemiology Linkage, May 20 - June 1, 2013 in Bangkok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar