22 April 2017

Pentingnya Kerjasama Petugas Epidemiologi Lapangan dan Laboratorium

PENTINGNYA KERJASAMA PETUGAS EPIDEMIOLOGI LAPANGAN
DAN LABORATORIUM
Oleh Drh. Betty Indah Purnama, MPH

Epidemiologi lapangan yang baik tanpa dukungan laboratorium akan menjadi sia-sia karena tidak adanya kepastian diagnosa, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu perlu adanya kerjasama antara petugas epidemiologi lapangan dan laboratorium.

Permasalahan yang sering ditemui Petugas Epidemiologi Lapangan antara lain:
       Petugas Lapangan /epid tidak tahu tentang laboratrium 
       Laboratorium tidak memberikan bimbingan yang baik dalam pengumpulan sampel
       Transportasi media yang tidak tersedia di Kabupaten/Kota
       Adanya kesalahan hasil yang dilaporkan laboratorium
       Ketepatan waktu hasil pengujian dari laboratorium/laporan terlambat
       Tumpang tindih data (kasus sama) dan Kesulitan  memperoleh data  yang diinginkan
       Laboratorium belum terakreditasi  (tingkat kepercayaan rendah) tidak valid

Sedangkan Permasalahan  yang dihadapi Petugas Laboratorium antara lain:
       Sampel datang terlambat
       Sampel berkualitas buruk
       Jumlah sampel tidak memadai
       Jadwal yang tidak tepat
       Jenis uji yang diminta  tidak tepat
       Laboratorium mendapatkan sampel tanpa memberitahukan uji apa yang diminta
       Laporan lapangan belum terintegrasi dengan  laporan laboratorium (kasus sama)

Solusinya adalah: adanya komunikasi yang efektif antara staf epidemiologi atau Dinas terkait di lapangan dan laboratorium dalam hal perencanaan dan implementasi kegiatan pemastian diagnosa, surveilans dan investigasi wabah penyakit hewan.

Tujuan Komunikasi Efektif  Epidemiologi Lapangan dan Laboratorium:
  1. Dapat  memahami jenis uji diagnosa  penyakit  hewan yang terbaru (jenis sampel  dan cara pengiriman yang sesuai dengan jenis pengujian)
  2. Dapat meningkatkan kemampuan dalam menginterpretasikan hasil pengujiian
  3.  Dapat memberikan penilaian risiko terkait dengan hasil pengujian sebagai rekomendasi/saran dalam pengambilan keputusan terhadap kejadian suatu penyakit hewan di lapangan
  4. Kerjasama  baik antara epid dan laboratorium (diagnosa penyakit  tepat sasaran, surveilans  dan penyelidikan penyakit berjalan lancar)

Bentuk Kerjasama Epidemiologi Lapangan dan Laboratorium:
1.  Penetapan Diagnosis
        Accuracy and Precision: kemampuan suatu uji untuk menghasilkan konsistensi hasil dalam mendiagnosa suatu penyakit hewan (berkaitan jenis uji atau metode pengujian)
Hasil yang konstan dalam kondisi yang bervariasi (Reproducibility) maupun hasil konsisten pengulangan uji dalam kondisi yang sama (Repeatability) merupakan gambaran suatu metode uji yang akurat.
     Sensitivity and specificity, tinggi tingkat sensitifitas dan spesifitas suatu metode uji menggambarkan tingginya tingkat presisi metode pengujian tersebut.
      Frequency of disease, yang dapat menunjukkan tinggi atau rendahnya infeksi penyakit tersebut (kategori outbreak, endemik maupun tingkat penyakit yang lainnya).
     Informasi: Hasil pengamatan petugas kapangan/ pemeriksaan kesehatan  terhadap tanda (sign)
2. Outbreak Investigation
a.    Case Definitons: usaha untuk mendefinisikan suatu kejadian kasus kematian, infeksi penyakit atau wabah yang terjadi berdasarkan data – data lapangan dan gambaran gejala klinis maupun hasil diagnosa laboratorium.
b.    Outbreak Investigation checklist, dalam melakukan investigasi kejadian wabah penyakit hewan beberapa hal yang harus diperhatikan agar pelaksanaan kegiatan dapat terlaksana secara sistematis dan terkendali
Poin tersebut antara lain adalah :
·      Preparing field work, mempersiapkan bahan dan peralatan yang sesuai dengan gambaran awal kejadian penyakit dan kondisi lapangan yang akan di investigasi merupakan hal pernting yang mendukung keberhasilan kegiatan tersebut.
·      Verify the existence of an outbreak, sebelum menindak lanjuti suatu laporan kejadian penyakit dilakukan verifikasi terlebih dahulu apakah penyakit tersebut merupakan penyakit baru atau penyakit yang sudah endemis dengan tingkat serangan yang lebih tinggi dan sebagainya. Hal ini penting sebagai pertimbangan kelanjutan tindakan yang akan dilakukan dilapangan.
·      Establish Working case definition,  untuk mendefinisikan suatu kejadian kasus penyakit hewan diperlukan data-data lapangan seperti sejarah kasus sebelumnya maupun faktor- faktor lain yang mempengaruhi kemunculan penyakit tersebut, gejala klinis yang mengarahkan pada penyebab infeksi penyakit hewan tersebut maupun hasil uji laboratorium untuk mendiagnosa atau uji konfirmasi terhadap penyebab penyakit hewan yang terjadi.
·      Count cases and record observation, cara mengukur frekuensi kejadian infeksi seperti tingkat serangan (Attack rate), tingkat insiden maupun proporsi kematian hewan yang disebabkan oleh penyakit tertentu sehingga lebih memudahkan dalam mendefinisikan kasus serta merekomendasikan tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan kategori penyakit tersebut
·      Describe the outbreak, mendeskripsikan kejadian wabah berdasarkan data – data yang valid  diperoleh sehingga dapat diketahui secara menyeluruh penyebab kejadian penyakit hewan tersebut
·      Developing working hypothesis, mengembangkan hipotesa penyebab kejadian penyakit tersebut sehingga tindakan pengendalian dan pemberantasannya dapat lebih fokus pada sumber penyebab penyakit tersebut.
·       Analitical studies to test the hypothesis, analisa yang dilakukan terhadap suatu kejadian penyakit juga didasarkan pada berbagai aspek seperti teori tentang penyakit tersebut yang menggambarkan sifat biologik (Biological sense) organisme penyebabnya dan faktor – faktor lain yang ditemukan di lapangan untuk mengembangkan variasi kejadian penyakit tersebut.
·      Implement control measures, implementasi tindakan pengendalian yang sesuai dengan kasus yang terjadi berdasarkan rekomendasi dari tim pelaksana investigasi

c. Summary Report, laporan singkat tetapi menyeluruh tentang hasil investigasi kasus wabah yang mendukung sistem pengadministrasian dan menjadi input yang penting bagi pemegang kebijakan untuk mengeluarkan kebijakan yang mendasari pelaksanaan tindakan pengendalian yang dilakukan terhadap kasus wabah tersebut
3.  Surveillance Planning program and data interpretation
       Dasar – dasar pelaksanaan surveilans (pengumpulan data/pencatatan kejadian/ secara sistematis, pengolahan data, analisa dan cara menginterpretasikan hasil dari surveilans, penyebarluasan informasi, rencana tindak lanjut, umpan balik)

    4.  Pelaporan
       Frekuensi Pelaporan: segera, harian, mingguan, bulanan, kasus nol, dsb
       Kelengkapan dan ketepatan laporan
       Metode pelaporan: kertas/berkas, telepon/faximile, email
       Bentuk laporan
       Mekanisme pelaporan: Instansi pengirim dan penerima
-          Lab mengirimkan laporan ke Disnak Kab/Kota dan provinsi
-          Disnak  Kab/Kota mengirimkan laporan dari Lab, puskeswan ke propinsi
-          Disnak provinsi mengirimkan laporan ke Dirkeswan (Kementan)

Rekomendasi:
-          Perlu workshop/pertemuan /pelatihan dengan melibatkan staf epidemiologi  (petugas lapangan) dan laboratorium di lingkungan Direktorat Kesehatan Hewan, jajaran Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi/Kab/Kota ,
-          Perlu Meningkatkan sistem informasi /Manajemen  Data berbasis perangkat lunak yang memiliki data yang dapat diakses langsung oleh klien/pengguna 

Referensi:
Laporan Regional Laboratory Networks Workshop on Strenghtening of Laboratory and Field Epidemiology Linkage,  May 20 - June 1, 2013 in Bangkok.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar