3 Juni 2014



PETUNJUK TEKNIS
PENGAMBILAN SAMPEL PARASIT DARAH PADA HEWAN




I.                   PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang menentukan dalam usaha untuk penanggulangan dan pengendalian penyakit hewan menular adalah pengamatan dan pengujian penyakit hewan menular, baik di dalam ruangan laboratorium maupun di lapangan; serta penerapan program yang terintegrasi antara pencegahan, pengamanan dan pemberantasan penyakit hewan. Oleh karena itu, teknik pengambilan sampel atau spesimen yang benar menjadi hal yang krusial dalam proses pendeteksian penyakit hewan menular. Kesalahan dalam teknik pengambilan sampel juga akan menggangu proses pengidentifikasian penyakit sehingga hasil yang didapat tidak maksimal.

Proses identifikasi beberapa penyakit hewan menular yang sifatnya strategis di Indonesia memerlukan pemeriksaan di laboratorium untuk peneguhan diagnosa penyakit seperti Surra dan Brucellosis. Oleh karena itu pada buku ini akan dibahas mengenai teknik pengambilan sampel darah hewan yang diduga menderita penyakit.

II.                MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
a.       Maksud
Pengambilan dan permeriksaan sampel parasit darah adalah untuk mewujudkan program Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan  Zoonosis umumnya dan penyakit parasit darah khususnya.

b.      Tujuan
Tujuan dari Pemeriksaan Sampel Parasit darah adalah
1.         Mengeliminasi resiko dan menyebarnya parasit darah
2.         Pemetaan Kasus Parasit darah pada ternak rakyat di Sumatera Barat.
3.         Meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan melalui status hewan
1.      Meningkatkan secara optimal Peran Puskeswan Kabupaten/Kota.
2.      Pengambilan sampel darah ternak dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang menyerang atau diderita ternak tersebut.

c.       Sasaran
Sasaran dari Program ini adalah ternak masyarakat yang ada di Wilayah Puskeswan Kabupaten/Kota dengan laporan dan kemungkinan tingkat kejadian penyakit parasit darah.


III.             DASAR PELAKSANAAN
1.      Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
2.      Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
3.      Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan.
4.      Peraturan Menteri Pertanian No. 64/Permentan/Ot.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan).


IV.             LINGKUP KEGIATAN
1.      Tahap Persiapan
a.       Persiapan Dasar
Supervisi ke lapangan untuk menentukan lokasi pengambilan sampel darah
b.      Persiapan Teknis
Persiapan bahan dan peralatan
2.      Tahap Pengumpulan Data
Pengambilan sampel darah sapi ke peternak dengan metode epidemiologi.
Pengambilan dan pemeriksaan sampel akan dilaksanakan pada bulan Mei 2014 dan dharapkan selesai bulan Juni 2014.
                        
                        Pengambilan sampel darah sapi diambil dari peternak dalam jorong-jorong pada  nagari-nagari dalam 1 kecamatan Wilayah Puskeswan di Sumatera Barat. Selesai Pengambilan sampel dan pembuatan preparat ulas darah kemudian diantar oleh petugas pengambil sampel darah ke Balai Veteriner Bukittinggi untuk dilakukan pemeriksaan parasit darah.
                       
3.      Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parasit darah untuk mendeteksi adanya parasit darah  pada sapi  sedangkan alur kegiatan sebagai berikut :
        A. Pengumpulan Data sekunder
Pengumpulan data sekunder keadaan peternakan sapi dan  lokasi penelitian bertujuan untuk membuat daftar peternak menurut asal jorong dan nagari pada kecamatan, dan pemberian kode/label pada sampel darah.
Karena Besaran sampel (sample size) sudah ditentukan 100 sampel perpuskeswan maka  Jumlah sampel di setiap jorong (dalam nagari) pada 1 kecamatan di Wilayah Puskeswan, dilakukan dengan sampel alokasi proporsional (proportional sampling) dengan alasan banyaknya subjek penelitian (ternak sapi) yang terdapat pada setiap jorong dalam nagari tidak sama. Besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian menggunakan rumus :

         Fraksi sampel =   Besar sampel    x  jumlah ternak sapi di kenagarian
                            Populasi ternak sapi di kec (Puskeswan)
Contoh:  
Di ketahui Besar sampel 100 sampel
Misal  Popolasi Sapi di Kecamatan Surya sebanyak 1000 ekor yang berasal dari 5 Nagari  yaitu Anggrek, Bougenvil, Cempaka, Dahlia Ester (rincian populasi masing-masing nagari dapat dilihat pada tabel dibawah ini).

  Tabel 1.  Besar Sampel yang Diteliti di Kec. Sabar Puskeswan Sehati Kabupaten Damai
    Nama              Populasi Sapi                                                                    Besar
    Nagari/Kec        (Nagari)                     Perhitungan                                  Sampel
     Anggrek               170                     100/1000 x 170 = 17                           17
     Bougenvil             230                     100/1000 x 230 = 23                           23
     Cempaka              320                    100/1000 x 320 = 32                           32
     Dahlia                   150                    100/1000 x 150 = 15                           15
     Ester                     130                    100/1000 x 130 = 13                           13
     Jumlah                1000                                                                               100

Pengambilan sampel dengan menggunakan simple random sampling di Jorong-Jorong pada beberapa Nagari dalam Satu Kecamatan di Wilayah Puskeswan.
Misalnya Populasi Sapi di Nagari Anggrek sebanyak 170 ekor.  Nagari Anggrek memiliki 4 jorong yaitu Anggrek 1 (A1), Anggrek 2 (A2)  Anggrek 3 (A3) dan Angrek 4 (A4) dengan jumlah sapi pada Jorong A1 sebanyak 30 ekor dari 10 peternak,  Jorong A2 sebanyak 40 ekor dari 8 peternak, dan Jorong A3 sebanyak 40 ekor dari 10 peternak serta Jorong A4 sebanyak 50 ekor dari 10 peternak.
Oleh sebab itu untuk pengambilan sampel pada Nagari Anggrek sebanyak 17 sampel  menggunakan simple random sampling sebagai berikut :
Jorong A1 = 30/10 peternak  =  3 sampel 
Jorong A2 = 40 /8 peternak   =  5 sampel  
Jorong A3 = 40 /10 peternak =  4 sampel
Jorong A4 = 50 /10 peternak =  5 sampel

Begitu selanjutnya untuk Nagari Bougenvil dan lainnya..............
Perhatian: Sampel berasal dari Lokasi yang tidak dari satu kandang dan bukan dari 1 peternak dan memiliki sebaran ternak yang luas di dalam Jorong serta sampel berasal dari peternak yang memelihara sapi  3 ekor atau diatas 3 ekor (untuk 1 sampel).

B. Data Primer
a.         Pengambilan darah dilakukan oleh petugas puskeswan 
Sebelum melakukan pengambilan darah, petugas harus memeriksa dahulu kesehatan sapi dengan mengunakan termometer dan stateskop, inspeksi serta anamnese pemilik/peternak (data keadaan ternak dicatat). Petugas harus membersihkan tangan dengan alkohol 70% dengan tujuan supaya darah tidak terkontaminasi oleh kuman sekunder yang dapat mempengaruhi hasil uji yang akan kita lakukan pada sampel darah. Selain itu juga melindungi petugas dari kuman penyakit yang terdapat dalam hewan yang akan kita periksa. Sebaiknya pada saat pengambilan sampel darah petugas juga harus menggunakan perlengkapan pelindung (Personal Protective Equipment/PPE). Penggunaan PPE sangat diwajibkan jika petugas ingin mengambil sampel darah dari hewan untuk melindungi petugas dari agen penyakit yang diduga terdapat pada hewan. Yang termasuk PPE standar adalah pakaian pelindung (jas lab, wearpack), sarung tangan (gloves), masker/aspirator, tutup kepala dan sepatu boot.

b.        Peralatan yang biasa digunakan dalam pengambilan darah adalah Jarum suntik (syringue) dan spoit.
Pengambilan darah merupakan salah satu hal yang terpenting dari pendeteksian penyakit hewan ternak. Pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa di lakukan dengan cara sembarangan, di perlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Karena apabila terjadi kesalahan maka darah tidak akan terhisap keluar dan apabila tidak dilakukan dengan cara yang benar maka akan menimbulkan sakit pada hewan yang diambil sampel darahnya.
c.    Pembuatan Apus Darah
Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek. yang  satu dijadikan tempat apusan darah (disebut sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan alat perata (disebut kaca perata atau spreader).

  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVc4_eN6s-6HN69ZGc_KGBdVlkX9SzMqYQ1tifF1J-Vcj8O1dQUoPsE3K9pDGu0TIj2jomKkt3XF7RstoQIAMZ5ZJ6oe52PnzysmdfkJG2Mznf1rexfznVHcly-s6qu4gtM-bLq72oJXc/s1600/images+(2).jpg


-        Diatas kaca sediaan, diletakkan setetes darah kira-kira 1-2 cm dari salah satu ujungnya, sebaiknya tetesan darah berdiameter  1 mm. Kaca perata dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 300-450 dengan kaca sediaan. Diletakkan di depan tetesan darah tadi.lalu diundurkan menyentuh tetesan darah, tetesan darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca objek itu, setelah itu, kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan dengan gerakan yang cepat, tetap dan tidak ragu (KAKU).
-    Gerakan mendorong dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan faktor yang penting, demikian pula sisi kaca perata, karena akan mempengaruhi mutu sediaan :
                   i.   Sudut lebih dari 450 atau gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan yang tebal.
                  ii.   Sudut kurang dari 300 atau gerakan terlalu pelan akan menyebabkan sediaan menjadi tipis.
                iii.  Gerakan mendorong yang ragu-ragu dapat menghasilkan sediaan yang tidak rata atau bergelombang.
                iv.  Sisi kaca perata yang tidak rata akan menghasilkan sediaan yang tidak rata atau ujung apusan yang
        tampak “bergerigi”
Untuk memperoleh sediaan apus yang baik diperlukan latihan-latihan dengan memperhatikan faktor-faktor diatas.

Catatan :
-          Kaca objek yang dipakai harus benar-benar bersih, kering dan tidak berlemak.  
-          Sediaan apusan darah yang baik harus memenuhi criteria berikut :
                                i.            panjang apusan kira-kira 3-4 cm.bila pangkal apusan berada 1-2 cm dari ujung kaca sediaan maka panjang apusan akan melampaui ½ panjang kaca sediaan.
                              ii.            Sediaan lebih tebal dibagian pangkal dan makin ke ujung  makin tipis.
                            iii.            Sediaan /apusan tampak rata,tidak bergelombang dan tidak berlobang
                            iv.            Sepanjang sisi apusan ada daerah bebas (free margin) yakni daerah kaca sediaan yang tidak terlintasi oleh apusan darah.
                              v.            Sediaan Preparat yang telah kering difiksasi dengan Methanol  absolut yang sudah diencerkan dengan aqudest (Methanol 95%)
                            vi.            Preparat dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
                          vii.            Kemudian sampel ulas darah diberi label

Cara membuat Methanol 95%

95    ml Methanol Absolot (100%) + 5 ml Aquadest         100 ml Methanol Absolut (95%)
3. Tata Cara Pelabelan / Keterangan Sampel Darah
a.       Nama atau nomor kode contoh/sampel
b.      Deskripsi contoh/sampel
c.       Nama petugas pengambil contoh/sampel
d.      Nama dan Alamat peternak/ pemilik/kandak ternak untuk contoh/sampel
e.       Hari dan tanggal pengambilan contoh/sampel
f.       Suhu ternak saat pengambilan contoh/sampel
g.      Dengut nadi saat pengambilan contoh/sampel
h.      Umur Sapi
i.        Keterangan lain (yang jika diperlukan)
j.        Uji yang akan dilakukan ( pemeriksaan parasit darah)
Kemudian sampel dimasukkan dalam kotak preparat dan diantarkan ke Laboratorium Kesehatan Hewan (Balai Veteriner)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar