PETUNJUK TEKNIS
PENGAMBILAN SAMPEL PARASIT DARAH
PADA HEWAN
I.
PENDAHULUAN
Faktor-faktor yang menentukan dalam usaha untuk
penanggulangan dan pengendalian penyakit hewan menular adalah pengamatan dan
pengujian penyakit hewan menular, baik di dalam ruangan laboratorium maupun di
lapangan; serta penerapan program yang terintegrasi antara pencegahan,
pengamanan dan pemberantasan penyakit hewan. Oleh karena itu, teknik
pengambilan sampel atau spesimen yang benar menjadi hal yang krusial dalam
proses pendeteksian penyakit hewan menular. Kesalahan dalam teknik pengambilan
sampel juga akan menggangu proses pengidentifikasian penyakit sehingga hasil
yang didapat tidak maksimal.
Proses
identifikasi beberapa penyakit hewan menular yang sifatnya strategis di
Indonesia memerlukan pemeriksaan di laboratorium untuk peneguhan diagnosa
penyakit seperti Surra dan Brucellosis. Oleh karena itu pada buku ini akan
dibahas mengenai teknik pengambilan sampel darah hewan yang diduga menderita
penyakit.
II.
MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
a. Maksud
Pengambilan dan permeriksaan sampel
parasit darah adalah untuk mewujudkan program Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan
Menular Strategis dan Zoonosis umumnya dan penyakit parasit darah
khususnya.
b. Tujuan
Tujuan dari Pemeriksaan Sampel Parasit darah adalah
1.
Mengeliminasi
resiko dan menyebarnya parasit darah
2.
Pemetaan Kasus
Parasit darah pada ternak rakyat di Sumatera Barat.
3.
Meningkatkan
ketahanan pangan dan kesehatan melalui status hewan
1. Meningkatkan secara optimal Peran
Puskeswan Kabupaten/Kota.
2. Pengambilan sampel darah ternak
dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi suatu penyakit yang menyerang atau
diderita ternak tersebut.
c. Sasaran
Sasaran dari Program ini adalah
ternak masyarakat yang ada di Wilayah Puskeswan Kabupaten/Kota dengan laporan
dan kemungkinan tingkat kejadian penyakit parasit darah.
III.
DASAR PELAKSANAAN
1. Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821);
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
3.
Peraturan
Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan.
4.
Peraturan
Menteri Pertanian No. 64/Permentan/Ot.140/9/2007 tentang Pedoman Pelayanan Pusat
Kesehatan Hewan (Puskeswan).
IV.
LINGKUP KEGIATAN
1.
Tahap Persiapan
a. Persiapan Dasar
Supervisi ke lapangan untuk menentukan lokasi
pengambilan sampel darah
b. Persiapan Teknis
Persiapan bahan dan peralatan
2.
Tahap Pengumpulan Data
Pengambilan sampel darah sapi ke peternak dengan
metode epidemiologi.
Pengambilan dan pemeriksaan sampel akan dilaksanakan
pada bulan Mei 2014 dan dharapkan selesai bulan Juni 2014.
Pengambilan sampel darah sapi
diambil dari peternak dalam jorong-jorong pada
nagari-nagari dalam 1 kecamatan Wilayah Puskeswan di Sumatera Barat. Selesai Pengambilan
sampel dan pembuatan preparat ulas darah kemudian diantar oleh petugas pengambil
sampel darah ke Balai Veteriner Bukittinggi untuk dilakukan pemeriksaan parasit
darah.
3.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji parasit darah untuk mendeteksi adanya
parasit darah pada sapi sedangkan alur kegiatan
sebagai berikut :
A. Pengumpulan Data sekunder
Pengumpulan data sekunder keadaan
peternakan sapi dan lokasi penelitian
bertujuan untuk membuat daftar peternak menurut asal jorong dan nagari pada
kecamatan, dan pemberian kode/label pada sampel darah.
Karena
Besaran sampel (sample size) sudah
ditentukan 100 sampel perpuskeswan maka Jumlah sampel di setiap
jorong (dalam nagari) pada 1 kecamatan di Wilayah Puskeswan, dilakukan dengan sampel alokasi proporsional (proportional sampling) dengan alasan
banyaknya subjek penelitian (ternak sapi) yang terdapat pada setiap jorong dalam
nagari tidak
sama. Besar
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian menggunakan rumus :
•
Fraksi sampel
= Besar sampel x jumlah ternak sapi di kenagarian
Populasi ternak sapi di kec
(Puskeswan)
Contoh:
Di
ketahui Besar sampel 100 sampel
Misal Popolasi Sapi di Kecamatan Surya sebanyak
1000 ekor yang berasal dari 5 Nagari
yaitu Anggrek, Bougenvil, Cempaka, Dahlia Ester (rincian populasi
masing-masing nagari dapat dilihat pada tabel dibawah ini).
Tabel
1. Besar Sampel yang Diteliti di Kec. Sabar Puskeswan Sehati Kabupaten
Damai
Nama Populasi
Sapi Besar
Nagari/Kec (Nagari) Perhitungan Sampel
Anggrek 170 100/1000 x 170 = 17 17
Bougenvil 230 100/1000 x 230 = 23 23
Cempaka 320 100/1000 x 320 = 32 32
Dahlia 150 100/1000 x 150 = 15 15
Ester 130 100/1000 x 130 = 13 13
Jumlah
1000 100
Pengambilan sampel dengan
menggunakan simple random sampling di Jorong-Jorong
pada beberapa Nagari dalam Satu Kecamatan di Wilayah Puskeswan.
Misalnya Populasi Sapi di Nagari Anggrek
sebanyak 170 ekor. Nagari Anggrek
memiliki 4 jorong yaitu Anggrek 1 (A1), Anggrek 2 (A2) Anggrek 3 (A3) dan Angrek 4 (A4) dengan
jumlah sapi pada Jorong A1 sebanyak 30 ekor dari 10 peternak, Jorong A2 sebanyak 40 ekor dari 8 peternak, dan
Jorong A3 sebanyak 40 ekor dari 10 peternak serta Jorong A4 sebanyak 50 ekor
dari 10 peternak.
Oleh
sebab itu untuk pengambilan sampel pada Nagari Anggrek sebanyak 17 sampel menggunakan simple random sampling sebagai berikut :
Jorong
A1 = 30/10 peternak = 3 sampel
Jorong
A2 = 40 /8 peternak = 5 sampel
Jorong A3 = 40 /10
peternak = 4 sampel
Jorong A4 = 50
/10 peternak = 5 sampel
Begitu
selanjutnya untuk Nagari Bougenvil dan lainnya..............
Perhatian: Sampel berasal dari Lokasi yang tidak
dari satu kandang dan bukan dari 1 peternak dan memiliki sebaran ternak yang luas di dalam
Jorong serta sampel berasal dari peternak yang memelihara sapi 3 ekor atau diatas 3 ekor (untuk 1
sampel).
B.
Data Primer
a.
Pengambilan darah
dilakukan oleh petugas puskeswan
Sebelum melakukan pengambilan darah, petugas harus memeriksa
dahulu kesehatan sapi dengan mengunakan termometer dan stateskop, inspeksi serta
anamnese pemilik/peternak (data keadaan
ternak dicatat). Petugas harus membersihkan tangan dengan alkohol 70%
dengan tujuan supaya darah tidak terkontaminasi oleh kuman sekunder yang dapat
mempengaruhi hasil uji yang akan kita lakukan pada sampel darah. Selain itu
juga melindungi petugas dari kuman penyakit yang terdapat dalam hewan yang akan
kita periksa. Sebaiknya pada saat pengambilan sampel darah petugas juga harus
menggunakan perlengkapan pelindung (Personal Protective Equipment/PPE).
Penggunaan PPE sangat diwajibkan jika petugas ingin mengambil sampel darah dari
hewan untuk melindungi petugas dari agen penyakit yang diduga terdapat pada
hewan. Yang termasuk PPE standar adalah pakaian pelindung (jas lab, wearpack),
sarung tangan (gloves), masker/aspirator, tutup kepala dan sepatu boot.
b.
Peralatan yang biasa digunakan dalam pengambilan darah adalah Jarum suntik (syringue) dan spoit.
Pengambilan
darah merupakan salah satu hal yang terpenting dari pendeteksian penyakit hewan
ternak. Pengambilan sampel darah pada ternak tidak bisa di lakukan dengan cara
sembarangan, di perlukan kecermatan dan ketelitian yang tinggi. Karena apabila
terjadi kesalahan maka darah tidak akan terhisap keluar dan apabila tidak
dilakukan dengan cara yang benar maka akan menimbulkan sakit pada hewan yang
diambil sampel darahnya.
c.
Pembuatan Apus Darah
Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek. yang satu dijadikan tempat apusan darah (disebut
sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan
alat perata (disebut kaca perata atau spreader).
-
Diatas kaca
sediaan, diletakkan setetes darah kira-kira 1-2 cm dari salah satu ujungnya, sebaiknya
tetesan darah berdiameter 1 mm. Kaca perata dipegang sedemikian rupa
sehingga membentuk sudut antara 300-450 dengan kaca
sediaan. Diletakkan di depan tetesan darah tadi.lalu diundurkan menyentuh
tetesan darah, tetesan darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca
objek itu, setelah itu, kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan dengan gerakan
yang cepat, tetap dan tidak ragu (KAKU).
- Gerakan mendorong
dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan faktor yang penting, demikian
pula sisi kaca perata, karena akan mempengaruhi mutu sediaan :
i. Sudut lebih dari 450 atau
gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan yang tebal.
ii. Sudut kurang dari 300
atau gerakan terlalu pelan akan menyebabkan sediaan menjadi tipis.
iii. Gerakan mendorong yang ragu-ragu
dapat menghasilkan sediaan yang tidak rata atau bergelombang.
iv. Sisi kaca perata yang tidak rata
akan menghasilkan sediaan yang tidak rata atau ujung apusan yang
tampak
“bergerigi”
Untuk memperoleh sediaan apus yang
baik diperlukan latihan-latihan dengan memperhatikan faktor-faktor diatas.
Catatan :
-
Kaca
objek yang dipakai harus benar-benar bersih, kering dan tidak berlemak.
-
Sediaan
apusan darah yang baik harus
memenuhi criteria berikut :
i.
panjang
apusan kira-kira 3-4 cm.bila pangkal apusan berada 1-2 cm dari ujung kaca
sediaan maka panjang apusan akan melampaui ½ panjang kaca sediaan.
ii.
Sediaan
lebih tebal dibagian pangkal dan makin ke ujung makin tipis.
iii.
Sediaan
/apusan tampak rata,tidak bergelombang dan tidak berlobang
iv.
Sepanjang
sisi apusan ada daerah bebas (free margin) yakni daerah kaca sediaan yang tidak
terlintasi oleh apusan darah.
v.
Sediaan
Preparat yang telah kering difiksasi dengan Methanol absolut yang sudah diencerkan dengan aqudest (Methanol 95%)
vi.
Preparat
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
vii.
Kemudian
sampel ulas darah diberi label
Cara membuat Methanol 95%
95
ml Methanol Absolot (100%) + 5 ml
Aquadest 100
ml Methanol Absolut (95%)
a.
Nama
atau nomor kode contoh/sampel
b.
Deskripsi
contoh/sampel
c.
Nama
petugas pengambil contoh/sampel
d.
Nama
dan Alamat peternak/ pemilik/kandak ternak untuk contoh/sampel
e.
Hari
dan tanggal pengambilan contoh/sampel
f.
Suhu
ternak saat pengambilan contoh/sampel
g.
Dengut
nadi saat pengambilan contoh/sampel
h.
Umur
Sapi
i.
Keterangan
lain (yang jika diperlukan)
j.
Uji
yang akan dilakukan ( pemeriksaan parasit darah)
Kemudian sampel dimasukkan dalam kotak preparat dan diantarkan ke Laboratorium Kesehatan Hewan (Balai Veteriner)